Kolom Iklan


Popular News [ View all Popular News ]

Berita Terbaru

Rabu, 10 Oktober 2012

Belum haji sudah mabrur

Semangat Berkurban,Belum haji sudah mabrur
Sahabat, menyongsong hari raya idul adha, berikut adalah kisah tentang seorang yang bernama Yu Timah. Dia adalah salah seorang penerima Subsidi Langsung Tunai (SLT). Yu Timah adalah penerima SLT yang benar-benar berhak atas subsidi tersebut. Rumah berlantai tanah, anyaman bambu menjadi dinding rumahnya, tak memiliki sumur sendiri. Bahkan status tanah ya ng di tempati gubuk Yu Timah juga bukan milik sendiri. Yu Timah berusia lima puluhan, dan dia hidup sebatang kara. Dulu bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta. Namun, seiring waktu, tenaga Yu Timah tidak laku di pasaran pembantu rumah tangga. Dia kembali ke kampung halaman. Para tetangga bergotong royong membuatkan gubuk buat Yu Timah bersama emaknya yang sudah renta.

Kamis, 19 Juli 2012

Membiasakan Berbagi Sejak Dini

“Ummi, aku punya rahasia! Kejutan!” seru si  bontot yang baru dua bulan lagi akan genap berusia 4 tahun. Saya yang  sore itu baru melangkah menuju pintu rumah jadi terhenti. Ia berlari ke dapur, membawa sesuatu dari kulkas dan kembali menemui saya.

“Ini dia!” ujarnya dengan nada riang sambil menunjukkan sepotong kue tart kesukaannya.

“Ummi, teman Keyvan ulang tahun di sekolah. Kuenya tidak dimakan sama Keyvan, tapi dibawa pulang. Katanya ingin dimakan sama-sama!” kakak perempuannya, Tadzkira, menjelaskan.

Satu Sedekah Seribu Berkah

Kedatangan bulan Ramadhan setiap tahunnya tak henti menjadi penghibur hati orang mukmin. Bagaimana tidak, beribu keutamaan ditawarkan di bulan ini. Pahala diobral, ampunan Allah bertebaran memenuhi setiap ruang dan waktu. Seorang yang menyadari kurangnya bekal yang dimiliki untuk menghadapi hari penghitungan kelak, tak ada rasa kecuali sumringah menyambut Ramadhan. Insan yang menyadari betapa dosa melumuri dirinya, tidak ada rasa kecuali bahagia akan kedatangan bulan Ramadhan.
Pada umumnya, bersedekah adalah salah satu sebab dekatnya seseorang dengan Rabbnya, juga sebab masuknya ke surga, harta tidak akan berkurang karena disedekahkan, bahkan sebaliknya harta akan semakin bertambah. Sekilas, tatakala seseorang mendermakan hartanya kepada orang fakir, maka si fakirlah yang mendapat manfaat dari sedekah itu. Namun sejatinya, keuntungan yang didapatkan oleh penderma, jauh lebih banyak dan lebih besar. Tidak berlebihan jikalau disimpulkan bahwa kebutuhan kita untuk bersedekah itu lebih besar dari kebutuhan orang fakir terhadap harta yang kita sedekahkan. Bukankah Allah telah berfirman,

Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka (faedahnya) itu untuk kamu sendiri.” (QS. al-Baqarah: 272)

Begitupun dengan firman-Nya, ”In ahsantum ahsantum li anfusikum”, jika kamu berbuat baik, maka sesungguhnya kamu berbuat baik untuk diri kamu sendiri. Ini menjadi kaidah umum untuk seluruh kebaikan. Adapun kebaikan berupa sedekah sangat nyata dirasakan pengaruhnya oleh orang yang pernah mengalaminya.

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam telah meyakinkan kita, bahwa harta tidak berkurang dengan disedekahkan,

Tidaklah berkurang harta yang disedekahkan.” (HR Muslim)

Imam an-Nawawi menjelaskan dalam Syarah Muslim, bahwa maksud tidak berkurang itu mengandung dua pengertian. Pertama bahwa harta itu diberkahi dan dengannya madharat bisa tercegah, sehingga berkurangnya harta secara fisik tergantikan dengan keberkahan, dan ini bisa dirasakan dan terbukti sebagaimana pengalaman yang bisa disaksikan. Yang kedua, meskipun secara dzatnya berkurang, namun dari sisi pahala lebih banyak dari harta yang berkurang.”


Seribu Berkah Ba’da Sedekah

Allah tidak akan menjadikan orang yang berdema menjadi pailit. Bahkan sebaliknya, berkah yang melimpah akan disandang oleh para dermawan. Logika iman mengajarkan, bahwa sedekah berarti investasi kepada Allah yang pasti untung dan mustahil merugi.

Jika seseorang atau badan usaha yang profesional, datang kepada kita dengan cashflow yang menjanjikan keuntungan, ditambah lagi dengan kemungkinan minimnya resiko, lalu menawarkan saham untuk kita, tentulah kita akan bergegas untuk menyambutnya, dan menanamkan modal demi keuntungan yang besar. Meskipun keuntungan itu masih bersifat asumsi maupun prediksi. Masih ada resiko kerugian, atau bahkan kebangkrutan. Baik disebabkan oleh keteledoran dalam mengelola usaha, atau adanya faktor eksternal di luar perhitungan. Anehnya ketika tawaran itu datang dari Dzat yang menjanjikan keuntungan jauh lebih tinggi, Dia juga Maha Menepati janji, dan Mahakuasa membagi rejeki,  masih ada orang yang meragukan untuk menyambut tawaran-Nya. Masih berfikir jikalau investasi itu akan berujung pada kerugian dan kemiskinan. Alangkah buruk persangkaan mereka kepada Allah.

Bagaimana mungkin akan merugi, investasi usaha yang dikelola oleh Allah yang Maha Mengatur segala alam semesta? Mari kita simak, jaminan keuntungan yang Allah janjikan bagi siapapun yang berkenan menanam investasinya kepada-Nya,

”Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.” (QS. al-Hadiid: 11)

Adakah yang lebih layak dipercaya selain Allah, yang Mahakaya, dan Maha Berkuasa atas segalanya? Bagaimana mungkin orang yang berakal ragu untuk menitipkan investasinya kepada Allah?


Pun begitu, ganti yang dijanjikan itu belum tampak di depan mata. Hanya orang yang yakin dan tawakal yang berani mengambil keputusan. Toh, fakta menunjukkan, tak ada cerita orang yang miskin lantaran over dosis dalam berderma.

Keberkahan sedekah tak hanya mengundang datangnya kemaslahatan yang diharapkan, tapi juga mencegah kemadharatan yang ditakutkan. Sedekah yang kita lakukan seakan menjadi tebusan hingga di kemudian hari kita aman dari suatu bahaya yang mengancam.

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam mengisahkan tentang Yahya bin Zakariya yang memerintahkan Bani Israil dengan lima hal, salah satunya adalah, “Aku memerintahkan kalian untuk bersedekah. Karena perumpamaan sedekah itu seperti seseorang yang ditawan musuh, lalu tatkala musuh sudah memegang leher dan hendak menebasnya, tiba-tiba dia berkata, ”Aku menebusnya dari kalian dengan harta sedikit dan yang banyak.” Maka iapun berhasil membebaskan diri dari mereka.”  (HR Tirmidzi, beliau mengatakan, ”hadits hasan shahih”)

Ibnu Syaqiq bercerita, bahwa Abdullah bin Mubarak pernah ditanya oleh seseorang tentang luka di lututnya yang terus mengeluarkan nanah sejak tujuh tahun. Dia juga sudah berusaha menempuh berbagai macam pengobatan, pergi ke tempat para tabib, namun juga belum menunjukkan hasilnya. Maka Ibnul Mubarak menyarankan, ”Pergilah dan buatkanlah sebuah sumur di tempat perkampungan yang membutuhkan air, saya ber-harap air bisa mengalir di sana, dan ketika itu lukamu akan sembuh. Orang itupun melakukan saran beliau dan kemudian sembuh.

Buah Sedekah di Akhirat

Begitulah keajaiban faedah sedekah di dunia. Sedangkan faedah sedekah di akhirat lebih hebat lagi. Karenanya, Andai saja manusia setelah mati dikembalikan ke dunia, maka yang ingin mereka lakukan adalah bersedekah,

”Wahai Rabbi, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh” (QS. al-Munaafiqun: 10)

Ini menunjukkan betapa mereka melihat bahwa di akhirat sedekah sangat bermanfaat. Orang yang bersedekah akan tahu, bahwa harta sejati yang menjadi miliknya adalah harta yang disedekahkannya. Sedangkan harta yang tersisa, atau telah dipergunakan itu akan fana.

Ketika ummul mukminin ditanya oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam tentang kambing yang disembelih, adakah masih tersisa? Aisyah menjawab, ”Telah habis dibagi, hanya tersisa sebelah bahunya saja.” Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”(yang benar), masih utuh semua, kecuali sebelah bahunya.” (HR Muslim)

Yang dibagik-bagikan itulah hakikat harta yang sebenarnya, sedangkan yang tersisa itu bukanlah menjadi miliknya selain hanya sementara saja. Kemurahan Allah yang melipatkan pahala sedekah hingga 700 kali lipat dan bahkan bahkan masih lebih banyak lagi.

Kedermawanan akan mendekatkan pelakunya menuju jannah, sekaligus membentengi dan menjauhkan pelakunya dari neraka. Ya Allah, jauhkanlah kami dari sifat bakhil. Amin. (Abu Umar Abdillah)